Tuesday, 1 March 2016

Contoh Laporan Kerja Praktik di PT Karya Anugrah Rumpin Bogor

KEGIATAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PT. KARYA ANUGERAH RUMPIN DESA CIBODAS KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT





LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN



Oleh:
TRIYOGA SETYAWAN
D0A012058






UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM STUDI D-III PRODUKSI TERNAK
PURWOKERTO
2015


KEGIATAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PT. KARYA ANUGERAH RUMPIN DESA CIBODAS KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR PROVINSI  JAWA BARAT









Oleh:
TRIYOGA SETYAWAN
D0A012058


LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kurikuler
Program D-III Program Studi Produksi Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman



UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM STUDI D-III PRODUKSI TERNAK
PURWOKERTO
2015


LAPORAN PRAKTIK KERJA

KEGIATAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG (BRAHMANCROSS) DI PT.KARYA ANUGERAH RUMPIN DESA CIBODAS KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT


Oleh:
TRYOGA SETYAWAN
D0A012058

Diterima dan Disetujui
pada Tanggal :

Pembimbing,
          Pembimbing I


Dr.Ir. Satrijo Widi Prbojo, Ph. D
NIP. 19571108 198601 1 001





Mengetahui,
       Pembimbing II

Ir. Nur Hidayat, Msi
NIP. 19630212 198803 1 001


           Wakil Dekan I


   
   Ir. Endro Yuwono, MS
   NIP. 19610310 198601 1 001

Ketua Program DIII Program Studi
                   Produksi ternak


Prof.Ir. Dadang Mulyadi Saleh, MS, M.Agr.Sc, Ph.D
NIP. 19580228 198303 1 003


SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama                 : Triyoga Setyawan
NIM                   : D0A012058
Angkatan           : 2012
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam menyusun laporan praktik kerja lapangan ini, tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk keperluan penulisan ilmiah di suatu perguruan tinggi, kecuali yang secara tertulis saya acu dalam naskah ini dan saya sebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila pernyataan ini ada yang tidak benar saya bersedia dikenakan sanksi yang berlaku.





Purwokerto,   Juli 2015
Yang Menyatakan,



 (Triyoga Setyawan)
    D0A012058



PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT  Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam untuk baginda Rasulallah saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja dengan judul “Kegiatan Penggemukan Sapi Potong di PT. Karya Anugerah Rumpin Desa Cibodas Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Jawa Barat. Laporan praktik kerja ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikuler pada Program D-III Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
2.        Ir. Endro Yuwono, MS Pembantu selaku Dekan I Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
3.        Prof. Ir. Dadang Mulyadi Saleh, MS, M. Agr. Sc. Ph.D selaku Ketua Program Studi D-III Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
4.        Satrijo Widhi P, Ph. D, dan Ir. Nur Hidayat, M. Si. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan laporan praktik kerja.
5.         Bapak Aditya Sudiro, S.T. selaku General Manager Operasional yang telah menerima kami di perusahaan PT. Karya Anugrah Rumpin.
6.        Bapak Bobby Maulani Akbar, S.Pt. selaku Manager Feed Lot PT. Karya Anugerah Rumpin yang telah memberikan izin, arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan praktik kerja dengan baik.
7.        Pak Alam, Pak Sigit, Kang Shici, Kang Oble, Pak Gino, Kang Adih, Pak Tohir, Pak Asmin, kang Rudi, Kang Opah, Kang Idris, Teh Nung, Pak Solihin Mang Rebo yang telah memberikan bimbingan, semangat dan dukungan untuk bekerja lebih baik.
8.        Anak kandang yang bekerja di PT. Karya Anugerah Rumpin atas bantuan dan kerjasamanya yang dilakukan selama melaksanakan praktik kerja.
9.        Keluarga yang lalu memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.
10.    Teman-teman praktik kerja (Saeful Anwar Nawawi, Bahrul Arief, Tiami Febi, Tri Lestari Oktavia dan Arif Saefudin) terima kasih atas kerjasama dan kebersamaan.
11.    Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa laporan praktik kerja ini masih jauh dari sempurna. Tetapi penulis berharap laporan praktik kerja ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkanya.
Purwokerto,  Juli 2015

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman





Tabel :                                                                                              Halaman




















DAFTAR GAMBAR

Gambar :                                                                                                      Halaman
4.        Perataan Pakan...    18


Lampiran :                                                                                                    Halaman


RINGKASAN

Praktik kerja lapangan dilaksanakan mulai tanggal 21 Februari 2015 - 21 Maret 2015. Praktek kerja dilaksanakan di PT.Karya Anugerah Rumpin yang merupakan perusahaan peternakan sapi potong yang bergerak dibidang Feedlot, Breeding, Dairy, fertilizer dan abbatoir. PT. Karya Anugerah Rumpin berlokasi di Desa Cibodas dan Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. PT. KAR dibangun di atas tanah seluas ± 14 ha dengan luas lahan ± 1,1 ha yang digunakan sebagai kadang pemeliharaan. Jarak lokasi penggemukan pada beberapa tempat adalah : ± 32 km dari pusat pemerintah Kabupaten Bogor dan ± 11 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Rumpin. Materi yang digunakan saat praktik kerja yaitu sapi steer jenis Brahman cross (BX) dengan bobot awal rata-rata 300 kg. Kandang yang digunakan pen I01 dengan populasi 38 ekor sapi, dengan tipe kandang koloni. Konsentrat terbagi dalam tiga jenis yaitu starter, grower, dan finisher. Pakan konsentrat diberikan sebanyak 12,6 kg/ekor/hari. Hijauan yang digunakan berupa jerami padi yang diberikan sebanyak 1,4 kg/ekor/hari. Pemberian pakan didasarkan atas kebutuhan bahan kering sapi atau Dry Matter Intake (DMI). DMI yang ditargetkan oleh perusahaan 3,0 % - 3,5 %. Pakan yang diberikan mengandung bahan kering 11,47 kg, TDN 7,98 kg, dan PK 0,33 kg. Kandungan gizi pakan sudah mencukupi kebutuhan, sehingga target pertambahan bobot badan harian 1,7 kg tercapai. Penanganan kesehatan dilaksanakan dengan memisahkan sapi-sapi yang sakit ke kandang karantina. Limbah feses diolah menjadi pupuk kompos.




1.1.  Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung meningkat. Badan Pusat Stastistik (2012) mendapatakan perolehan data konsumsi daging pada tahun 2011 yaitu 1,870 kg/perkapita/tahun dan 2010 konsumsi daging sapi sebesar 1,7 kg/kapita/tahun atau terjadi peningkatan 4,66%.  Peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan populasi sapi potong tidak sebanding dengan peningkatan kebutuhan daging sapi, menurut Badan Pusat Stastistik (2012) berjumlah 13.633.000 ekor dan pada tahun 2011 mencapai 14.800.000 ekor. Peluang usaha sapi potong sangat menjanjikan karena  melihat meningkatnya permintaan bahan makanan berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging.
Sejauh ini dikenal dengan empat sistem penggemukan yang sering diterapkan di peternakan tertentu, yakni sistem pasture fattening, dry lot fattening, sistem kombinasi yakni pasture dan dry lot fattening yang lebih sederhana. Keempat sistem pengemukan diatas, masing-masing memiliki manajemen yang berbeda serta memiliki kelebihan dan kelemahan. Prinsipnya, perbedaan sistem pengemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemuakan (Rudin, 2003).

1.2.  Tujuan Praktik Kerja

1.    Mengetahui kegiatan manajemen pemeliharaan sapi potong yang dijalankan di perusahaan PT. Karya Anugrah Rumpin.
2.    Mengetahui manajemen pemberian pakan yang dilakukan di perusahaan.
3.    Mengetahui hasil akhir dari pengolahan limbah yang diterapkan perusahaan.

1.3.  Kegunaan Praktik Kerja Lapangan

Kegunaan dari praktik kerja adalah :
1.    Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan dan mendapat pengalaman dengan cara terjun langsung ke lapangan.
2.    Mahasiswa dapat menyerap ilmu-ilmu dan teknologi yang diterapkan di sebuah usaha peternakan.
3.    Mahasiswa dapat membandingkan antara teori dan keadaan di lapangan.
4.    Mahasiswa dapat belajar bersosialisai dengan karyawan, staff dan pegawai di sebuah usaha peternakan.



2.1.  Asal Usul Sapi Brahman Cross

Sapi Brahman Cross merupakan silangan sapi Brahman dengan sapi Eropa. Sapi Brahman di Australia secara komersial jarang dikembangkan secara murni dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford-Shorthorn. Mulai dikembangkan di stasiun CSIRO’s Tropical Cattle Research Centre Rockhampton Australia, dengan materi dasar sapi Brahman, Hereford dan Shorthorn dengan proporsi darah berturut-turut 50% ; 25% dan 25%, sehingga secara fisik bentuk fenotip dan keistimewaan sapi Brahman Cross cenderung lebih mirip sapi Brahman Amerika karena proporsi genetiknya lebih dominan ( Turner, 1981). Jenis sapi Brahman Cross umumya di impor dari Australia dan Selandia Baru dalam bentuk bakalan untuk digemukan (Rivai, 2009).

2.2.  Ciri-ciri Sapi Brahman Cross

 Pane (1990) menyatakan bahwa sapi Brahman mempunyai penampilan dengan ciri-ciri daun telinga lebar dan terkulai ke bawah, berpunuk dan mempunyai gelambir yang besar, badan panjang dengan kedalaman sedang, mempunyai kaki agak panjang, muka agak panjang. Warna dari putih atau merah sampai hitam, umumnya putih abu-abu, tetapi ada juga yang kemerahan atau hitam. Warna bulu menyeluruh tetapi ada juga yang berwarna campuran. Jantan dewasa biasanya berwarna gelap pada leher, bahu, paha dan panggul bagian bawah. Kulit kendor, halus dan lembut, ketebalannya sedang.

2.3.  Pertumbuhan

Pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal yang bermula dari sel telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai hewan mencapai dewasa. Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan tiap hari atau per satuan waktu lainnya (Tillman dkk., 1984).
Kriteria pemilihan bakalan yaitu berasal dari induk yang memiliki potensi genetik yang baik, bakalan agak kurus, umur bakalan 2 – 2,5 tahun, sehat dan tidak mengidap penyakit, serta bentuk tubuh yang proporsional (Rianto dan Purbowati, 2009). Brahman Cross mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi, yaitu 0,8-1,2 kg/hari. Berat awal umumnya 300-350 kg dengan umur 1-2 tahun. Biasanya sapi-sapi bakalan dikirim ke negara tujuan dalam rentang umur dan berat badan yang hampir seragam (Soeprapto dan Abidin, 2006).

2.4.  Pakan

2.4.1.      Hijauan

Rumput gajah merupakan salah satu pakan hijauan yang berkualitas, tumbuh relatif cepat dan banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak (Yulianto dan Saparinto, 2010). Menurut Rukmana (2005) kandungan nutrien rumput gajah antara lain: 19,9% BK, 10,2% PK, 1,6% lemak, 34,2% SK, 11,7 abu dan 42,3% BETN.
Jerami padi adalah hasil samping dari tanaman padi yang sudah diambil hasil utamanya. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak memiliki kendala yaitu kandungan serat kasarnya yang tinggi, kecernaan dan kandungan nutrisi yang rendah (Santosa, 2008). Jerami padi memiliki serat kasar yang tinggi yaitu 35,5%. Kandungan nutrien jerami padi : BK 30%, PK 4,2%, SK 32,55, BETN 45%, TDN 43,2% (Siregar, 2003).

2.4.2. Konsentrat

Tillman dkk (1984) menyatakan bahwa konsentrat ruminansia adalah bahan pakan ternak yang mengandung serat kasar kurang dari 18 persen banyak mengandung BETN (karbohidrat yang mudah dicerna), termasuk golongan biji-bijian dan sisa hasil penggilingan, umbi-umbian dan bahan berasal dari hewan.
Konsentrat merupakan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%. Konsentrat berasal dari biji – bijian, umbi – umbian, serta limbah peternakan dan industri (Darmono, 1999). Fungsi dari konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nutrisi bahan pakan lain yang nilai nutrisinya lebih rendah (Sugeng, 1998).

2.4.3. Pemberian Pakan

Pemberian pakan pada penggemukan sapi secara intensif, konsentrat diberikan dalam jumlah besar yaitu antara 60 – 80% dan hijauan 20 – 40% (NRC, 1996). Pakan sebaiknya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya, melainkan dibagi menjadi beberapa bagian, misalkan pagi dan sore hari. Pemberian pakan diberikan berdasarkan kebutuhan bahan kering sapi atau Dry Matter Intake (DMI) adalah 2,5% - 3%  dari berat badan (BB) (Rianto dan Purbowati, 2009).

2.5.   Tatalaksana Pemeliharaan

Sugeng (1998), menyatakan bahwa penggemukan sebaiknya dilakukan pada ternak sapi usia 12 – 18 bulan atau paling tua umur 2,5 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah mengalami fase pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan daging, sehingga bila pakan yang diberikan itu jumlah kandungan protein, mineral dan vitaminnya mencukupi, sapi dapat cepat menjadi gemuk.
Feedlot adalah pemeliharaan dan pengemukan dilakukan secara intensif dengan awal waktu tertentu yang telah ditetapkan, misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 9 bulan. Peluang terkena penyakit kemungkinan sangat kecil dikarenakan pemeliharaan dalam waktu singkat. Penyakit yang paling umum menyerang yaitu pincang, pneumonia, flu, dan lain-lain. Cara penanganannya yaitu dengan memisahkan ternak dari ternak yang sehat dan kemudian diberikan obat ( Rianto dan Purbowati, 2009).

2.6.  Perkandangan

Perkandangan adalah aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana kelengkapan dalam suatu usaha. Sarana dan prasarana yang menunjang kelengkapan suatu peternakan antara lain kantor pengelola, rumah karyawan (mess), gudang, kebun rumput, reservoir air, jalan dan tempat pembuangan kotoran. Kantor pengelola sebaiknya berada di depan lokasi kandang dengan jarak 25-50 meter dari kandang. Rumah karyawan digunakan sebagai tempat tinggal karyawan guna pengawasan atau keamanan ternak dan lingkungan. Gudang pakan digunakan sebagai tempat untuk menyiapkan pakan maupun peralatan, sehingga kebutuhan pakan ternak selalu tercukupi (Santosa, 2008).
Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung sapi dari ganguan cuaca, tempat sapi beristirahat, dan mempermudah dalam pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut (Abidin, 2008). Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada dua, yaitu kandang tunggal dan kandang koloni. Kandang tunggal terdiri atas satu baris yang dilengkapi dengan lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang koloni ada dua macam yaitu sapi saling berhadapan (head to head) dan saling bertolak belakang (tail to tail) yang dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak (Ngadiyono, 2007).
Kandang perlu dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, panjang tempat pakan sekitar 1,45 – 1,50 m dengan panjang tempat ransum 0,95 – 1 m, lebar 0,5 m dan kedalaman 0,4 m serta tempat minum dengan panjang 0,45 – 0,55 m, lebar 0,50 m dan kedalaman 0,40 m. Penyekat antara palung air minum dan ransum setebal 0,075 – 0,10 m (Sugeng, 1998). Letak gang disesuaikan dengan tipe kandang, jika kandang terdiri dari dua lajur, gang bisa ditempatkan di tengah. Gang dibuat dengan lebar 1 – 1,5 m. Selokan dibuat tepat di belakang jajaran ternak dengan lebar 0,40 – 0,50 m, kedalaman 0,15 – 0,20 m (Rianto dan Purbowati, 2009). Peralatan kandang yang diperlukan antara lain alat suntik, sekop, ember plastik, sapu lidi, garu kecil, selang, sikat dan tali (Yulianto dan Saparinto, 2010).

2.7.  Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Kesehtan ternak adalah suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan terrnak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Pemeriksaan ternak yang diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui tanda-tanda atau gejala yang nampak sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dapat diketahui penyebabnya (Balai Teknologi Pertanian, 2010).

2.8.  Penanganan Limbah

2.8.1.  Jenis Limbah

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Junaidi, 2007). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Menurut Setiawan (2009), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.

2.8.2.      Produksi Limbah Padat dan Cair

Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari spesies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feses dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses. Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbagai tujuan (Kaharudin dan Sukmawati, 2010).  .

2.8.3.      Proses pengolahan limbah

Pengomposan merupakan salah satu proses stabilisasi limbah organik secara hayati di bawah kondisi yang terkendali, serta akan dihasilkan energi panas yang cukup tinggi yang berguna untuk melibatkan berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri, fungi dan Actinomycetes (Toumela et al., 2000).
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Proses pengomposan melibatkan  sejumlah organisme tanah termasuk bakteri, jamur, protozoaaktinomisetes,nematoda, cacing tanah, dan serangga. Populasi dari semua organisme ini berfluktuasi, tergantung dari proses pengomposan. Pada prinsipnya, teknologi pengomposan yang selama ini diterapkan meniru proses terbentuknya humus oleh alam dengan bantuan mikroorganisme. Melalui rekayasa kondisi lingkungan kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya (Rorokesumaningwati, 2000).
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S (Crawford, 2003).
Kecepatan pengomposan dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya jumlah mikroorganisme yang membantu pemecahan atau penghancuran bahan organik yang dikomposkan. Dari sekian banyak mikroorganisme, diantaranya adalah bakteri asam laktat yang berperan dalam menguraikan bahan organik, bakteri fotosintesis yang dapat memfiksasi nitrogen, dan Actinomycetes yang dapat mengendalikan mikroorganisme patogen sehingga menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lainnya (Isroi, 2008).
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses dekomposisi atau penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Dekomposisi pada prinsipnya adalah menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari limbah organik sehingga pupuk organik dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan terjadi peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman liar (gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan yang seragam berupa pupuk organic (Kaharudin dan Sukmawati, 2010).
         


3.1.  Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi yang digunakan saat Praktek Kerja Lapangan di PT. Karya Anugrah Rumpin meliputi :

3.1.1. Ternak

Materi yang digunakan saat praktik kerja di yaitu sapi steer jenis Brahman Cross sebanyak 38 ekor yang terdapat pada kandang I01.

3.1.2.  Pakan

Pakan terdiri dari konsentrat dan hijauan. Bahan penyusun konsentrat yaitu : Kopra, SBM, Gaplek, Jagung, Ampas Kecap, Teprosa, Onggok, CGF, Dedak, Tepung Ikan, Molases, Kapue, Sawit dan Premix. Pakan konsentrat terbagi menjadi tiga berdasarkan periode pemeliharaan yaitu  jenis Starter, Grower, dan Finisher. Pakan hijauan terdiri dari rumput gajah dan jerami. Pakan yang diberikan pada sapi sesuai dengan periode sapi dengan rata-rata pemberian konsentrat 12,6   kg/ekor/hari, jerami segar 1,4  kg/ekor/hari.

3.1.3. Kandang

Kandang yang diamati adalah kandang pengemukan I01 dengan luas kandang 24,6 m x 9m, dengan tinggi kandang sekitar 5 meter, lebar centra alley 2,5 meter, gang way 1 meter. Lantai menggunakan paving block, pagar terbuat  besi dan kawat seling, tipe atap monitor dengan bahan asbes. Bangunan terdiri dari kantor, kandang, feedmill, gudang jerami dan hijauan, ruang choopher, dan mess karyawan.

3.2.  Acara Praktik kerja Lapangan

3.2.1.  Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin praktik kerja dilakukan mulai pukul 08.00-16.00 WIB dan jam istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
1.        Pengecekan tempat pakan,
2.        Membersihkan sisa tempat pakan,
3.        Pemberian pakan konsentrat dan hijauan,
4.        Membersihkan pakan dari benda asing,
5.        Mengontrol bak air minum,
6.        Meratakan pakan,
7.        Membersihkan lantai kandang,
8.        Mengontrol sapi apakah ada yang sakit atau tidaknya, dan
9.        Mengolah limbah menjadi pupuk.

3.2.2. Kegiatan Isidental

Kegiatan isidental yang dilakukan selama kerja Praktik adalah
1.        Penanganan sapi baru datang,
2.        Pemasangan ear tag,
3.        Penyuntikan vitamin dan obat cacing,
4.        Melakukan palpasi rektal (PKM),

3.2.3. Kegiatan penunjang

a.    Wawancara dengan General Manager dan kepala bagian tiap bidang sebagai penunjang untuk memperoleh data-data primer yang dilakukan setiap ada waktu luang setelah kegiatan lapangan berlangsung.
b.    Diskusi dan penyampaian materi oleh kepala bagian tiap bidang untuk menjelaskan materi sesuai dengan tugasnya dan menjawab sejumlah pertanyaan.
c.    Ujian atau kuis yang diadakan oleh perusahaan untuk menguji dan menilai pengetahuan peserta praktik kerja.
d.   Diskusi antar anggota kelompok praktik kerja.

3.3.  Data

3.3.1. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan selama praktik kerja lapangan adalah dengan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan, melakukan wawancara, mencatat langsung hasil produksi, dan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait.

3.3.2. Cara Mengolah data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dibandingkan dengan teori yang ada untuk memperoleh kesimpulan. Data yang diperoleh dari praktik kerja di perusahaan penggemukan sapi potong kemudian dianalisis menggunakan rumus-rumus yang relevan.

3.4.  Pelaksanaan Waktu Praktik Kerja Lapangan

Pelaksanaan praktik kerja dilaksanakan pada tanggal 21 Februari sampai 21 Maret 2015. Bertempat di PT. Karya Anugerah Rumpin di Desa Cibodas, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.


4.1. 
Kegiatan Rutin di PT. Karya Anugerah Rumpin

Pemberian konsentrat dilakukan setiap pagi dan siang, pagi pukul 08.00 dan siang hari pukul 13.00. pemberian dilakukan berdasarkan kebutuhan sapi dan fase periode pemeliharaan. Pemberian dilakukan dengan mengunakan karung, setiap karung berisi 40 kg.





   Gambar 2. Pencacahan Pakan
Pencacahan pakan dilakukan mengunkan mesin choopher seperti yang terlihat di gambar, pencacahan dilakukan untuk bahan pakan berupa hijauan dan jerami. Pencacahan pakan dilakukan pada pagi hari, yaiutu pada pukul 09.00 WIB. Setelah dilakukan pencacahan selanjutnya jerami akan dimasukan ke dalam karung. Setiap satu karung jerami memiliki berat yaitu 20  kg dan untuk satu karung hijauan memiliki berat 15 kg.  
Pemberian pakan hijauan dilakukan dua atau satu jam setelah pemberian konsentrat yaitu jam 10.00 WIB untuk pagi hari, dan 14.00 WIB untuk siang hari. Pakan hijaun yang digunakan berupa rumput gajah (penisetum purpureum), Shorgum,dan juga batang jagung (Zea Mays). Pakan hijauan diperoleh dengan membeli dari petani disekitar peternakan, apabila pakan hijaun tidak mencukupi maka dilakukan penggantian berupa pakan jerami. Pemberian jerami 4,6
kg/ekorhari.
                                        Gambar 4. Perataan Pakan


Perataan pakan dilakukan untuk meratakan pakan agar semua sapi mendapatkan makanan sesuai dengan kebutuhan. Seperti terlihat dalam gambar perataan dilakukan dengan mengunakan sekop, cara meratakannya adalah dengan mengkeruk bagian depan tempat pakan dan ditarik ke belakang.
                                Gambar 5. Pembersihan Lantai Pen
Pembersihan pen dilakukan sekali sehari, dengan cara menyemprotkan air bertengangan tinggi ke lantai kandang seperti yang terlihat dalam gambar. Setelah dilakukan penyemprotan selanjutnya feses akan diserok mengunkan alat serok khusus yang terbuat dari bahan plastik. Penyerokan dilakukan dari atas pendal ke bawah atau ke parit dekat gang way. Tujuan dari pembersihan adalah untuk menjaga kebersihan dan kesehatan.

4.2.  Kegiatan Isidental

4.2.1.
Penanganan Sapi Baru Datang

Sapi yang baru datang  biasannya dibawa mengunakan truk untuk sapi lokal dan fuso untuk sapi impor. Seperti yang terlihat di gambar, sapi yang baru datang ini akan diturunkan di tempat loading yang selanjutnya menuju timbangan jepit (crush) untuk dilakukan penimbangan, pemasangan ear tag, penyuntikan vitamin dan pemeriksaan kebuntingan untuk sapi betina.

4.2.2.
Pemasangan Ear Tag

Pemasangan ear tag bertujuan untuk memberikan identitas kepada ternak, sehingga ternak tersebut dapat selalu dikontrol.

4.2.3.
Penyuntikan Vitamin dan Obat Cacing

Penyuntikan vitamin dan obat cacing dilakukan pada saat sapi baru datang. Penyuntikan vitamin dilakukan dengan metode intra muskuler pada bagian leher sapi. Obat cacing yang diberikan adalah intermectin sedangkan vitamin yang diberikan adalah injektamin.

4.2.4.
Melakukan Palpasi Rektal

Pemeriksaan kebuntingan dilakukan kepada sapi betina yang baru datang. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan untuk mengetahui status ternak tersebut. Apabila sapi betina dalam keadaan bunting, tindakan selanjutnya akan di masukan ke kandang breeding, sebaliknya sapi yang tidak bunting akan dimasukan ke kandang  pengemukan.








4.3.  Kegiatan Penunjang

4.3.1.
Diskusi

  Gambar 10. Diskusi dan Presentasi
Diskusi dan presentasi dilakukan pada akhir Praktik Kerja, diskusi dan presentasi dilakukan untuk menilai pengetahuan peserta praktek kerja serta diskusi tentang manajemen fatening yang belum dimengerti oleh peserta praktek kerja lapang.









5.1. Aspek Profil Perusahaan

5.1.1. Identifikasi Lokasi Usaha Peternakan

Lokasi usaha penggemukan sapi potong PT. Karya Anugerah Rumpin di JL Raya Cibodas no 99 Rt 06 Rw 05, Desa Cibodas, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Batas wilayah peternakan sebagai berikut :
Sebelah Utara
:
Sokaraja, Bojong Gede, dan Kemang
Sebelah Selatan
:
Cijeruk dan Caringin

Sebelah Timur
:
Sokaraja dan Ciawi

Sebelah Barat
:
Kemang, Ciomas dan Dramaga.

 Jarak lokasi adalah 32 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Bogor dan 11 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Rumpin. Temperatur lingkungan harian yaitu 28-300C pada malam hari dan 29-320C pada siang hari. Tingkat curah hujan antara 1500-2000 mm per tahun dengan tingkat kelembaban sebesar 70%. Suhu lingkungan dan kondisi geografis PT. KAR sudah ideal untuk usaha pengemukan sapi potong. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (1998) yang menyatakan suhu lingkungan yang ideal untuk penggemukan sapi potong adalah 17 – 280 C, kelembaban 60 – 800C, dan curah hujan 800-1500 mm/tahun. Kondisi cukup mendukung.
Lokasi kandang terdiri dari dua tempat yaitu kandang satu yang terletak di Desa Cibodas dan kandang dua terletak di Desa Rabak. Kedua lokasi kandang terletak berdekatan hanya dipisahkan dengan sungai. Sungai tersebut digunakan sebagai sumber air minum dan air yang digunakan untuk menyemprot lantai. Pemilihan lokasi kandang sudah sesuai menurut pendapat Rianto dan Purbowati (2009), yang menyatakan pemilihan lokasi memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain sumber air, topografi wilayah, dan lingkungan yang sehat. Lokasi peternakan harus dekat dengan sumber air, karena air mutlak dibutuhkan untuk air minum, sanitasi maupun keperluan lainnya. Lingkungan yang sehat adalah lokasi peternakan tidak terjangkit suatu penyakit menular dan membahayakan bagi ternakBerikut adalah peta lokasi kandang milik PT. KAR.
Gambar 11.Lokasi perusahaan
     Sumber: Wikimapia (2014)
Keterangan:
1. Lokasi perusahaan PT. KAR
2.    Desa Ciawi

5.1.2. Sejarah Perusahaan

Bapak Karnadi Winaga mendirikan PT. Karya Anugrah Rumpin pada tahun 2001 di Rumpin, Bogor. Awalnya hanya mencukupi kebutuhan daging sebagai bahan olahan bakso karena stok daging segar tidak menentu sedangkan kebutuhan bahan baku untuk bakso besar, maka Bapak Karnadi membangun sebuah RPH dan sebuah kandang pengemukan yang terletak di Rumpin pada tahun 2002 dengan populasi awal 500 ekor dengan nama PT. 99. Usaha tersebut semakin berkembang dan bukan hanya sapi lokal tapi juga sapi impor.
Salah satu syarat feedlot harus memiliki pembibitan, pada tahun 2007 mulai melakukan usaha pembibitan. Pada tahun 2008, PT. 99 kemudian berganti nama menjadi PT. Karya Anugerah Rumpin (PT.KAR). Perusahaan dipimpin oleh Presiden Direktur Karnadi Winaga. Perusahaan ini bergerak di bidang penggemukan sapi potong dan terus berkembang sebagai perusahaan swasta yang semakin besar.

5.1.3. Struktur Organisasi Usaha Peternakan

PT Karya Anugerah Rumpin memiliki struktur organisasi yang tertata rapi dan berjalan dengan baik. Perusahaan dipimpin oleh seorang direksi.  Seorang direksi dalam menjalankan kegiatan operasional dibantu oleh general manager, farm manager, supervisor, staff dan karyawan. Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap karyawan akan mengetahui kewajibannya dalam menjalankan tugas.
Tenaga kerja (karyawan) yang ada di perusahaan terdiri dari tiga golongan yang meliputi tenaga kerja tetap, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja harian lepas.  Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang dibayar setiap sebulan sekali. Tenaga kerja harian lepas dibayar setiap seminggu sekali, sedangkan tenaga kerja borongan dibayar sesuai hasil produksi. Latar belakang pendidikan karyawan di perusahaan sangat bervariasi.  Tenaga kerja umumnya lulusan sekolah menengah atas, diploma dan sarjana yang memiliki keahlian khusus.
Rincian jam kerja perusahaan dimulai pukul 07.00 WIB istirahat pada pukul 12.00WIB – 13.00 WIB, dan selesai pukul 16.00 WIB. Pada hari Jum’at istirahat lebih awal yaitu pukul 11.30 WIB.  Hari kerja operasional dari hari Senin sampai hari Minggu. Hari libur karyawan operasional dilakukan secara bergilir sesuai jadwal dari administrasi.  Rincian jam kerja security meliputi satu hari kerja 24 jam dan satu hari libur.  Pekerjaan tersebut dilakukan secara bergilir.

5.2.  Pengadaan Bakalan

Jenis sapi yang dijadikan bakalan penggemukan di PT. KAR terdiri dari steer, bull, heifer, dan cow. Bangsa sapi utama yang dijadikan bakalan adalah Brahman Cross (BX), dengan ciri-ciri sapi warna putih, abu – abu sampai kehitaman dengan moncong warna hitam, dan berpunuk. Sesuai dengan pendapat Pane (1990) menyatakan bahwa sapi Brahman mempunyai penampilan dengan ciri-ciri kuping lebar dan terkulai ke bawah, punuk dan gelambir yang besar, badan panjang dengan kedalaman sedang, mempunyai kaki agak panjang, muka agak panjang. Warna dari putih atau merah sampai hitam, umumnya putih abu-abu, tetapi ada juga yang kemerahan atau hitam. Warna bulu menyeluruh tetapi ada juga yang berwarna campuran. Jantan yang telah dewasa biasanya berwarna gelap pada leher, bahu, paha dan panggul bagian bawah. Kulit kendor, halus dan lembut,
ketebalannya sedang (tanduk betina lebih tipis dibanding jantan).
 Bangsa sapi BX adalah hasil persilangan antara Hereford dan Shorthorn dengan proporsi masing-masing 25 persen dan darah Brahman sebesar 50 persen,  tetapi hasil persilangan tidak selalu sesuai dengan proporsi tersebut, sehingga dapat dihasilkan bangsa sapi Red Brahman (RB), Drough Master (DM), dan Santa Gertrudis (ST) (Ngadiyono (2007).
Berdasarkan pengamatan praktik kerja sapi bakalan memiliki berat 300 kg – 400 kg. Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati, (2009), yang menyatakan kriteria pemilihan bakalan yaitu berasal dari induk yang memiliki potensi genetik yang baik, bakalan agak kurus, umur bakalan 2 – 2,5 tahun, sehat dan tidak mengidap penyakit, serta bentuk tubuh yang proporsional.

5.3.  Aspek Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan, konsentrat, dan jerami. Pemberian pakan konsentrat berjumlah 12,6 kg/ekor/hari dan untuk hijauan berjumlah 1,4 kg/ekor/hari. Hijauan yang digunakan adalah rumput gajah (penissetum purepureum), sorghum, dan batang jagung. Jadwal pemberian pakan dapat dilihat pada Lampiran 3.  Pemberian pakan berdasarkan kebutuhan bahan kering dari sapi dengan berpatokan 3 %-3,5 %. Berdasarkan data yang diperoleh saat praktik kerja lapangan pemberian pakan melebihi target BK yang ditentukan. Jumlah BK yang diberikan yaitu 3,82 sedangkan target tertinggi yaitu 3,5% berlebih 0,32%.  
Bahan penyusun konsentrat adalah onggok, SGM, Teprosa, Jagung, Ampas Kecap, Onggok, CGF, Dedak, Tepung Ikan, Molases, Kapur, Bungkil Kelapa, Bungkil Sawit dan Premix. Bahan-bahan penyusun konsentrat sebelumnya sudah lulus uji kualitas. Uji kualitas bahan digunakan untuk mengukur kelayakan bahan pakan dan sebagai standar dalam penyusunan ransum. Bahan penyusun konsentrat  di PT. KAR sudah sesuai dengan pendapat Darmono (1999), yang menyatakan bahwa konsentrat berasal dari biji-bijian, umbi-umbian, serta limbah peternakan dan industri. Fungsi dari konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nutrisi bahan pakan lain yang nilai nutrisinya lebih rendah (Sugeng, 1998). Berikut disajikan pemberian jenis pakan konsentrat dibedakan umur selama periode penggemukan berlangsung yang dapat dilihat pada Tabel 1.


Tabel 1.Jenis Konsentrat
No
Jenis Konsentrat
Waktu pemberian
Hijauan:Konsentrat (%)
Tujuan
1
Starter
1-10 hari
80-20
Memperkuat tulang,rekondisi tubuh
2
Grower
11-70 hari
40-60
Mengoptimalkan pertumbuhan
3
Finisher
71-90 hari
13-87
Mengurangi lemak,membentuk otot daging

5.3.1.      Evaluasi Kecukupan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi pakan sapi dapat dilihat pada lampiran 2. Rasio pakan hijauan dan konsentrat yang diberikan pada sapi kandang I01 adalah dapat dilihat pada tabel 1. Manajemen pakan yang dilakukan PT. KAR sesuai dengan pendapat Siregar (2008) yang menyatakan zat gizi yang dibutuhkan oleh sapi yang digemukan adalah sama dengan gizi yang dibutuhkan oleh sapi untuk pertumbuhan dan tergantung pada bobot badan awal dan pertambahan bobot badan yang akan dicapai.
Standar kebutuhan gizi untuk setiap jenis ternak dikenal dengan feeding standard atau standar kebutuhan gizi ternak. Standar kebutuhan ternak yang sering dipakai adalah National Research Coucil (NRC). Berdasarkan data praktik lapangan sapi pengemukan yang diamati pada kandang I01 mempunyai rata-rata bobot awal pengemukan sebesar 300 kg maka kebutuhan gizi menurut  National Research Council (NRC) adalah sebagai berikut :




Tabel 2.Kebutuhan Nutrien Sapi (/ekor/hari)
Bobot (kg)
PBBH (kg)
BK (kg)
PK (g)
TDN (kg)
300
0,3
1,3
1,8
7,9
8,2
7,1
560
1.008
1.214
3,95
5,74
6,39
Penurunan kebutuhan BK yang terjadi antara PBBH 1,3 dengan PBBH 1,77 diimbangi dengan kebutuhan PK dan TDN yang lebih besar dibanding dengan PBBH 1,3. Pertambahan bobot badan di PT KAR rata-rata 1,77 kg/ekor/hari, dari angka tersebut diperkirakan membutuhkan nutrisi sebesar BK 7,1 kg, PK 1.214g, dan TDN 6,39 kg. Kandungan konsentrat feedlot di PT. Karya Anugerah Rumpin yaitu BK 87,7091 %, TDN 70,643 %, dan PK 13, 895 %. Perhitungan kecukupan nutrisi dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan evaluasi kecukupan nutrisi bobot sapi 300 kg pemberian pakan PT. KAR berlebih. Kelebihan pemberian pakan dimaksudkan untuk menganti pakan yang tercecer saat pengankutan dan juga pakan yang tidak dimakan ternak karena tidak suka. Sesuai dengan pendapat Abidin (2002) menyatakan tidak semua pakan yang diberikan dapat dimakan habis oleh sapi, sehingga perlu ditambah 10% lebih banyak dari jatah yang seharusnya diberikan, karena ada bagian pakan yang tidak disukai serta pakan yang tercecer dan terbuang.

5.4.  Tata Laksana Pemeliharaan

5.4.1. Pemeliharaan di Unit Fattening

Bakalan yang dipelihara di PT. KAR berumur 1,5 – 2 tahun sesuai dengan pendapat Sugeng (1998), menyatakan bahwa penggemukan sebaiknya dilakukan pada ternak sapi usia 12 – 18 bulan atau paling tua umur 2,5 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah mengalami fase pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan daging, sehingga bila pakan yang diberikan itu jumlah kandungan protein, mineral dan vitaminnya mencukupi, sapi dapat cepat menjadi gemuk. Tujuan pengemukan sapi bakalan import karena sapi lokal tidak mencukupi permintaan daging sapi di Indonesia.
Populasi sapi pengemuakan sebanyak 668 ekor yang terdapat pada kandang H, I, dan J. Kandang H yang termasuk dalam kandang penggemukan yaitu Pen H6, H7, H8, H9. Kandang I meliputi Pen I1, I3, I4, I5, dan I6. Kandang J meliputi J1, J2 ,J3 , dan J4. Kandang dengan tipe kandang koloni dengan sapi saling berhadapan (head to head) terbuat dari bahan besi, alas lantai semen, atap asbes dan dinding terbuka. Antar kandang terdapat lorong yang digunakan untuk transportasi mobil pengangkut pakan. Letak kandang koloni saling berhadapan dan dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak. Bangunan kandang milik PT. KAR sudah sesuai dengn pendapat Abidin (2008) yang menyatakan kandang berfungsi sebagai tempat berlindung sapi dari ganguan cuaca, tempat sapi beristirahat, dan mempermudah dalam pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut. Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada dua, yaitu kandang tunggal dan kandang koloni. Kandang tunggal terdiri atas satu baris yang dilengkapi dengan lorong jalan dan selokan atau parit.

5.4.2. Penanganan sapi yang baru datang


Sapi bakalan biasanya diangkut mengunakan fuso atau truk. Sapi-sapi yang baru datang akan diturunkan di loading chute. Loading chute merupakan tempat untuk menaikkan dan menurunkan sapi dari truk saat bongkar muat sapi. Tinggi loading chute sekitar 1,15. Proses penurunan sapi dapat dilihat pada gambar  13.
                                     Gambar 13. Proses Penurunan Sapi

5.4.3. Penimbangan dan Pencatatan

Penimbangan dilakukan di PT. KAR sebanyak tiga kali. Penimbangan pertama disebut timbang awal yang bertujuan untuk mengetahui bobot sapi setelah rekondisi dan mudah dalam pengelompokan atau sering disebut Day on Feed (DOF)Day on Feed (DOF) pertama dihitung setelah timbang awal tersebut.  Penimbangan kedua dilakukan pada DOF 30 hari.  Penimbangan kedua disebut rewight yang bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot badan sapi dari saat timbang awal sapi dengan pemeliharan 30 hari. Penimbangan ketiga dilakukan pada saat sapi akan dijual. Penimbangan dilakukan mengunakan timbangan elektrik. Sesuai dengan pendapat  Nasution (2004) yang menyatakan penimbangan merupakan pekerjaan rutin untuk mengontrol bobot badan ternak. Penimbangan ternak sapi dewasa harus dilakukan pada timbangan khusus (scale) baik yang manual ataupun digital elektrik. Pada saat peninmbangan skala penimbangan harus dikalibrasi dahulu menunjukan angka 0 (nol).
Gambar 14. Proses Penimbangan
                     
 Gambar 15. Proses Input Data
Penimbangan dan pencatatan ternak berguna untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan mengetahui average daily gain (ADG) saat sapi akan dijual. Tillman dkk (1984) menyatakan pertumbuhan pada umumnya dinyatakan dengan mengukur kenaikan bobot hidup yang mudah dilakukan dan biasanya dinyatakan sebagai pertambahan bobot hidup harian atau average daily gain (ADG).

5.4.4. Pemberian vitamin dan antibiotik serta obat cacing.



            Sapi-sapi PT Karya Anugerah Rumpin yang baru datang akan diberikan obat cacing yaitu intermectin sebanyak 20 ml dengan cara disuntikan secara Subcutan. Pemberian obat cacing dilakukan sekali selama masa pemeliharaan. Pemberian obat cacing oleh PT. KAR sudah sesuai dengan pendapat Siregar (2008) yang menyatakan bahwa sapi yang digemukan selama enam bulan atau kurang dari enam bulan maka pemberian obat cacing harus dilakukan setiap empat bulan sekali.





5.4.5. Pemasanagan Ear Tag


              Gambar 17. Pemasangan Ear Tag
Identitas yang terdapat pada ear tag adalah nomor sapi, jenis kelamin dan nomor pengiriman atau shipment. Ear tag yang digunakan di perusahaan terbuat dari karet plastik.

5.5.  Perkandangan

Kandang terdiri dati atap bertipe monitor, lantai kandang dibuat miring, dinding mengunakan besi dan kawat seling. Bahan-bahan penyusun kandang antara lain, atap terbuat dari asbes, dinding terbuat dari besi dan kawat seling, lantai terbuat dari paving block. Kontruksi kandag PT. KAR dan bahan-bahan yang digunakan sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009), yang menyatakan pembuatan kandang sapi potong perlu memperhatikan konstruksi kandang, yaitu: atap kandang, dinding kandang, lantai kandang, tempat pakan dan minum, jalan, dan selokan. Atap dapat berupa genting, asbes, seng, atau rumbia. Dinding kandang dapat dibuat dari tembok semen atau papan kayu dengan ketinggian 1,5 m dari lantai kandang. Lantai kandang biasanya terbuat dari lantai tanah, beton semen, asapal atau batu – batuan. Lantai kandang harus rata, tidak licin, tidak terlalu keras atau tajam, tahan lama dan dibuat miring sekitar 5 – 10 derajat.

Gambar 18. Kandang Feedlot

Kandang juga dilengkapi dengan tempat pakan dan tepan minum. Tempat pakan berada di depan kandang dan tempat minum berada di luar kanadang. Bak pakan terbuat dari semen dengan ukuran panjang 36 m, lebar 0,65 m, dan kedalaman 0,55 m sehingga volumenya adalah 12,87 m3, sedangkan untuk bak air minum berukuran panjang 3,2 m, lebar 0,9 m, kedalaman 0,4 m sehingga volumenya 1,152 m3. Desein kandang sudah sesuai dengan pendapat (Sugeng, 1998) yang menyatakan kandang perlu dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.
Depan kandang terdapat gang yang berfugsi sebagai tranportasi pakan agar memudahkan dalam pemberian pakan dan pengontrolan, sedangkan pada sisi belakang kandang terdapat jalur ternak (gang way) yang berukuran lebar satu meter tinggi dua meter dangan bahan besi. Gang depan dan jalur ternak (gang way) dapat
dilihat di gambar berikut :

Rianto dan Purbowati (2009) yang menyatakan letak gang disesuaikan dengan tipe kandang, jika kandang terdiri dari dua lajur, gang bisa ditempatkan di tengah. Gang dibuat dengan lebar 1 – 1,5 m. Selokan dibuat tepat di belakang jajaran ternak dengan lebar 0,40 – 0,50 m, kedalaman 0,15 – 0,20 m. Peralatan kandang yang diperlukan antara lain alat suntik, sekop, ember plastik.

5.6.  Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Penyakit yang paling umum menyerang yaitu pincang, pneumonia, flu, dan lain-lain. Cara penanganannya yaitu dengan memisahkan ternak yang sakit dari ternak yang sehat dan kemudian diberikan obat ( Rianto dan Purbowati, 2009). Penyakit yang sering di jumpai di PT. KAR yaitu pincang penangananya adalah diberikan vitamin dan antibiotik. Vitamin yang diberikan adalah Biosalamin dengan dosis 5ml/ekor.
Biosalamin merupakan multivitamin yang mengandung vitamin A, D, E, B2, B6 dan B12.  Fungsinya adalah mencegah kekurangan vitamin pada sapi, seperti gangguan pertumbuhan, pencernaan, reproduksi dan otot. Antibiotik yang diberikan adalah Limoxin LA sebanyak 10 ml/ekor.  Antibiotik hanya diberikan kepada sapi yang luka dan terjadi peradangan.

5.7.  Penangan Limbah

5.7.1.  Jenis Limbah

Limbah yang dihasilkan oleh usaha pengemukan sapi PT. KAR berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat terdiri dari feses dan sisa makanan, dan limbah cair terdiri dari urin sapi dan air sisa dari pembersihan lantai kandang. Sesuai dengan pernyataan Junaidi (2007), yang menyatkan limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Setiawan (2009) menambahkan limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.

5.7.2.  Produksi Limbah Padat dan Cair

Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari spesies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feses dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses. Berdasarkan pernyataan diatas limbah yang dihasilkan oleh PT. KAR sebesar 900 kg dari kandang I01.

5.7.3.  Proses Pengolahan Limbah

Limbah padat dan limbah cair selanjutnya akan dialirkan ke bak penampungan. Bak penampungan berfungsi untuk menamung dan memisahkan limbah pada dengan limbah cair. Penyaring atau filter terbuat dari besi yang memiliki lubang – lubang. Padatan feses setelah terkumpul dari hasil penyaringan selanjutnya di angkut ke bak penampungan menggunakan drum plastik. Proses


filtrasi dapat dilihat pada gambar 21.

Limbah padat selanjutnya akan dilakukan proses pengomposan dan limbah cair akan dijernihkan dan dibuang kesungai. Proses pengomposan dilakukan dengan cara menambahkan bioaktivator. Bioaktivator yang digunakan oleh PT. KAR adalah pupuk hayati. Fungsi pupuk hayati adalah untuk membantu proses penguraian. Sesuai dengan pendapat Kaharudin dan Sukmawati (2010) yang menyatakan prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses dekomposisi atau penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Dekomposisi pada prinsipnya adalah menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari limbah organik sehingga pupuk organik dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan terjadi peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman liar (gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan yang seragam berupa pupuk organik. Rorokesumaningwati (2000) menambahkan prinsipnya, teknologi pengomposan yang selama ini diterapkan meniru proses terbentuknya humus oleh alam dengan bantuan mikroorganisme. Melalui rekayasa kondisi lingkungan kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya.

Limbah padat yang sudah penuh ditampung dalam bak pertama akan dipindahkan ke bak penampung berikutnya sampai ke bak penampung ke 4 dengan menggunakan cangkul dan sekop, dari bak penampung ke 4, feses diayak agar ukuran feses menjadi kecil dan untuk memisahkan dari benda-benda asing dengan menggunakan ayakan khusus. Ayakan feses dapat dilihat pada Gambar 16 dan  bak penampungan pada Gambar 22.
Gambar 22. Ayakan Feses
Proses pematangan kompos berlangsung selama 6-8 minggu, apabila telah matang, maka akan diperoleh kompos yang secara fisik terlihat kehitaman seperti tanah dan berupa butiran halus. Proses pematangan masih menyisakan kadar air yang cenderung tinggi, untuk mengurangi kadar air dilakukan proses pengeringan yang dibantu oleh sinar matahari. Proses pengolahan limbah mejadi kompos


disajikan pada Gambar 23.
Proses pengomposan diatas menurut Crawford (2003) terjadi secara aerobik dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Isroi (2008) menambahkan kecepatan pengomposan dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya jumlah mikroorganisme yang membantu pemecahan atau penghancuran bahan organik yang dikomposkan. Dari sekian banyak mikroorganisme, diantaranya adalah bakteri asam laktat yang berperan dalam menguraikan bahan organik, bakteri fotosintesis yang dapat memfiksasi nitrogen, dan Actinomycetes yang dapat mengendalikan mikroorganisme patogen sehingga menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lainnya.

5.7.4.  Pengemasan Kompos



Kompos yang telah matang, kemudian dimasukkan ke dalam karung dengan berat 12 kg. Daerah pemasaran kompos adalah para petani sayuran di daerah Bogor dan Jabotabek. Perusahaan ini menjual pupuk kompos dengan harga Rp 6.000 per karung. Produk kompos jadi disajikan pada Gambar


6.1.   Skor Likert Hasil Evaluasi Keberhasilan Kegiatan Usaha Pemeliharaan

Tabel 3.  Skor likert hasil evaluasi keberhasilan usaha
No
Aspek yang dievaluasi
Rincian Evaluasi
Skor likert
Baik
Cukup
1
Pemberian Pakan
Kegiatan dalam Pemberian Pakan

2
Pemberian Air Minum
Kegiatan dalam Pemberian Air Minum

3
Tatalaksana
Perkandangan

Pemeliharaanfattening

4
Kesehatan
Pengendalian Penyakit

Usaha Pengobatan

5
Penanganan limbah
Manajemen Pengelolaan Limbah

  6
Pencurahan waktu tenaga kerja
Pekerja farm




Kesimpulan

1.        Sapi Brahman Cross dengan umur 2,5 tahun dan memiliki bobot badan 300 kg dipilih sebagai bakalan karena memiliki tingkat pertumbuhan kerangka dan jaringan yang cepat.   
2.        Sapi pada kandang I01 target PBBH 1,77 sudah tercapai.
3.        Intermectin merupakan merk obat cacing yang digunakan dengan dosis 20 ml, pemberian obat cacing akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak.
4.        Penimbangan dilakukan selama tiga kali untuk mengetahui PBBH selama pemeliharaan.
5.        Pakan yang diberikan melebihi standar  BK yang ditentukan yaitu  kelebihan 0,32 kelebihan BK yang diberikan bertujuan untuk neganti pakan yang tececer akibat transportasi pakan.
6.        Kandang tipe koloni sangat cocok untuk pengemukan.
7.        Pengolahan limbah merupakan salah satu penangulangan limbah yang diubah menjadi pupuk kompos untuk menambah pendapatan perusahaan dan mencegah pencemaran lingkungan.

Saran



DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Badan Pusat Stastistik. 2012. Ringkasan Eksklusif Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia. Katalog BPJS : 3201013.
Crawford, J. 2003. Composting of Agricultural Waste. in Biotechnology Applications and Research. p. 68-77.
Darmono. 1999. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta
Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ditjenak Kementrian Pertanian RI.
Isroi, 2008. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor
Junaidi, S. 2007. Pengolahan Kotoran Ternak menjadi Pupuk. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Kaharudin dan F.M. Sukmawati. 2010. Manajemen Limbah Ternak untuk Kompos dan Biogas. Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.
Nasution, S. 2004. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Cetakan Ketujuh. Bumi Aksara. Jakarta.
National Research Council. 1996. Nutrient Requirements of Beef Cattle. Whasington DC : National academy press.
Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT. Citra Aji Praatam, Yogyakarta.
Pane, I. 1990. Upaya Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali. Procceding Seminar National Sapi Bali. 20 -22 September 1990.
Prabowo D, dan S. Hastuti. 1988. Ilmu Kesehatan Ternak. Laboratorium Kesehatan Ternak Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Rianto, E dan E . Purbowati. 2009. Paduan Usaha Pengemukan Sapi Potong. Penebar Swadaya, jakarta.
Rivai. 2009. Analisis kelayakan Usaha Pengemukan Sapi Potong (fattening) pada PT. Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rorokesumaningwati. 2000. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Mulawarman  Press. Samarinda.
Rudin. 2003. Berbagai Sistem Pengemukan Sapi Potong. Fakultas Peternakan. Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari.
Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisisus, Yogyakarta.
Santosa, U. 2003. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, U. 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya.
Setiawan, A, I. 2009. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sihombing, D.T.H. 2000. Teknik Pengolahan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Siregar, B. S. 2008. Pengemukan Sapi Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, S. B. 2003. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta
Siregar, S.B. 2007. Penggemukan Sapi Cetakan II. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeparno dan Sumadi. 2000. Pertambahan Berat Badan, Karkas Dan Komposisi Kimia Daging Sapi, Kaitannya Dengan Bangsa Dan Macam Pakan Penggemukan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati Vol. 2 No. 1 Juli 2000. ISSN 0853-1285.
Soeprapto, H dan Z., Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sugeng, Y. B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sumadi, N. Ngadiyono dan Soeparno. 1991. Penampialan Produksi Fries Holland, Sumba Ongole dan Brahman Cross yang dipelihara Secara Fedlot. Prosceeding Seminar Pengebangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional, Puwokerto 4 Mei 1991. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
Syafrial., E. Susilawati dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi Potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Departemen Pertanian.
Tilman, A. D., S, Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan S. Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Toumela, M.,M. Vikman, A. Hataka, and M. Itavaara 2000. Biodegration of lignin in a compost environment : a review. Bioresource Tecnology. 72: 169-183.
Turner, H. N. 1981. Animal Genetic Resources. Int. Goat and Sheep Res. 1(4): 243.
Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penerbar Swadaya, Jakarta.
                                                        


Lampiran 1. Evaluasi Kecukupan Nutrisi
Kandungan Nutrisi Pakan
Jenis
BK (%)
PK (%)
TDN (%)
Konsentrat Feedlot
87,7091
13,8954
70,643
Jerami Padi
30
5,211
51,496
1.    Konsentrat Feedlot 12,6 kg/ekor
BK                       = 87,7091% x 12,6 kg             = 11,05135 kg
PK                        = 13,8954% x 11,05135 kg     =  1,525629 kg
TDN                     = 70,643% x 11,05135 kg       =  7,807003 kg
2.    Jerami 1,4 kg/ekor
BK                       = 30% x 1,4 kg            = 0,42 kg
PK                        =  4,2% x 0,6 kg           = 0,01764 kg
TDN                     =   43,2% % x 0,6 kg  = 0,18144 kg
Total pemberian
BK                       = 12,01386 kg + 1,38 kg         = 11,47135 kg/ekor
PK                        = 1,681879 kg + 0,05796 kg  = 1,553269 kg/ekor
TDN                     = 8,550527 kg + 0,59515 kg   = 7,988443 kg/ekor




 Lampiran 2. Kebutuhan Nutrisi Sapi
Evaluasi Kecukupan Nutrisi Untuk Bobot Badan sapi 300kg

BK (kg)
PK (g)
TDN (kg)
Pemberian
11,47135
1.553269
8,9
Kebutuhan
7,1
1.214
6,39
Selisih
+4,37
+ 0,339
+ 1,598






Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Feed Control
No
Waktu
Kegiatan
1.
06.30
Pengecekan Tempat Pakan
2.
07.00
Penyusunan Jumlah Pemberian Konsentrat
3.
08.00
Pengankutan Pakan Konsetrat dan Pemberian Pakan Konsentrat
4.
09.00
Penchoperan Hijauan
5.
10.00
Pemberian Pakan Hijauan
6.
11.00-12.00
Istirahat
7.
13.00
Pemberian Konsentrat
8.
14.00
Pemberian Pakan Hijauan
                                                                                                        


No comments :

Post a Comment